Google pernah menjadi startup. Begitu pula dengan Facebook, Twitter, LinkedIn dan sejumlah bisnis global yang sekarang Anda ketahui. Nah, apa yang disebut dengan startup, dan apakah bisnis Anda termasuk dalam kategori ini?
Startup adalah sebuah frasa yang merujuk pada bisnis muda yang baru mulai berkembang. Startup biasanya kecil dan awalnya dibiayai dan dioperasikan oleh segelintir pendiri atau justru satu individu saja. Mereka menawarkan produk atau jasa yang tidak ditawarkan di tempat lain, atau yang dipercayai oleh para pendirinya sedang ditawarkan pada pasar yang masih terbuka lebar.
Pada tahap awal, pengeluaran perusahaan startup cenderung melebihi pendapatan mereka. Terutama di tahap pengembangan, pengujian dan pemasaran ide. Dengan demikian, mereka membutuhkan pembiayaan, yang mana bisa berasal dari berbagai macam sumber. Misalnya pinjaman usaha kecil dari bank, atau penanaman modal dari venture capital dan pemerintah, atau dana patungan dari teman atau keluarga. Inkubator, adalah sebuah frasa ekslusif yang merujuk pada lembaga yang menyediakan modal dan saran kepada startup untuk berkembang, biasanya dimiliki oleh venture capital.
Akan tetapi, untuk mendapat pendanaan, sebuah Startup perlu membuktikan dulu potensinya. Di sinilah masalahnya. Karena revenue bukanlah fokus utama sebuah startup, maka Anda perlu mengembangkan metrik lain untuk menarik pembiayaan venture capital. Maka, ada baiknya jika kita mengetahui bagaimana sebuah investor menilai sebuah startup dalam absensi revenue.
Cost to duplicate
Seperti namanya, pendekatan ini melibatkan menghitung berapa banyak biaya untuk membangun bisnis lain yang sama dengan bisnis Anda dari awal. Investor tidak akan membayar lebih dari angka Cost to duplicate. Pendekatan ini akan melihat aset-aset fisik yang Anda miliki untuk mernghitung fair market value bisnis Anda.
Cost to duplicate dari bisnis software, misalnya, dapat digambarkan sebagai total biaya dari waktu pemrograman dalam merancang perangkat lunak. Sedangkan untuk startup hitech, bisa jadi biayanya meliputi penelitian dan pengembangan, perlindungan paten, dan pengembangan prototipe.
Pendekatan ini cukup objektif. Akan tetapi, masalah besarnya adalah pendekatan ini tidak mencerminkan potensi masa depan perusahaan untuk menghasilkan penjualan, keuntungan dan laba atas investasi. Terlebih lagi, pendekatan ini tidak mempertimbangkan aset-aset tidak berwujud, seperti brand value, yang mana mungkin dimiliki bisnis Anda bahkan pada tahap awal pengembangan. Aset-aset fisik perusahaan dan peralatan, mungkin hanyalah komponen kecil dari net worth bisnis Anda yang sebenarnya.
Market multiple
Investor, venture capital, menyukai pendekatan ini. Karena pendekatan ini memberikan mereka indikasi yang cukup baik dari harga yang bersedia ditawarkan pasar untuk membayar sebuah perusahaan. Pada dasarnya, pendekatan ini menilai perusahaan sesuai akuisisi yang baru-baru ini terjadi di perusahaan sejenis.
Katakanlah perusahaan perangkat lunak aplikasi mobile bisa terjual seharga lima kali angka penjualan mereka. Mengetahui harga yang bersedia dibayarkan investor untuk perangkat lunak mobile, Anda bisa menggunakan ‘lima kali’ ini sebagai dasar untuk menilai bisnis aplikasi mobile Anda. Sedangkan untuk bisnis dengan karakteristik yang berbeda, tentu saja harus menyesuaikan. Misalnya perusahaan software ponsel Anda, berada pada tahap awal pengembangan daripada bisnis lain yang sebanding, maka lebih baik Anda mengambil kelipatan lebih rendah dari lima, mengingat bahwa investor akan mengambil lebih banyak risiko.
Pendekatan ini, bisa dibilang, memberikan perkiraan nilai yang cukup matang untuk harga yang bersedia dibayarkan investor. Sayangnya, ada pula halangannya. Yaitu transaksi pasar untuk bisnis yang sebanding mungkin bisa sangat sulit untuk ditemukan. Tidak selalu mudah untuk menemukan perusahaan dengan perbandingan yang dekat, terutama di pasar startup, yang mana seluruh ide bisnisnya unik. Bahkan, kesepakatan seringkali dirahasiakan.
Discounted Cash Flow (DCF)
Bagi kebanyakan startup, terutama mereka yang belum mulai menghasilkan laba, nilai mereka bisa bertumpu pada potensi masa depan mereka. Analisa DCF kemudian menjadi pendekatan penilaian yang penting. DCF melibatkan proyeksi berapa banyak arus kas yang akan dihasilkan perusahaan di masa depan, dan kemudian, menggunakan tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi, menghitung berapa banyak arus kas tersebut bernilai.
Masalahnya dengan DCF adalah kualitasnya tergantung pada kemampuan analis untuk meramalkan kondisi pasar di masa depan dan membuat asumsi yang tepat tentang tingkat pertumbuhan jangka panjang. Dalam banyak kasus, memproyeksikan penjualan dan laba di beberapa tahun ke depan menjadi sebuah permainan tebak-tebakan.
Valuation by stage
Terakhir, adalah pendekatan Valuation by stage. Sering digunakan oleh perusahaan ventura capital dan angel investor untuk menilai sebuah startup. Mereka memiliki aturan mengenai nilai-nilai yang telah mereka tetapkan terhadap sebuah bisnis, tergantung pada di tahap mana startup itu berada. Semakin jauh perusahaan berkembang, risiko perusahaan lebih rendah, dan nilainya jadi lebih tinggi. Sebuah model valuation by stage mungkin akan terlihat seperti ini:
25 juta – 50 juta: Memiliki ide bisnis atau rencana bisnis yang menarik.
50 juta – 100 juta: Memiliki tim manajemen yang kuat untuk melaksanakan rencana tersebut.
100 juta – 200 juta: Memiliki produk atau teknologi prototipe final.
200 juta – 500 juta: Memiliki partner strategis, atau tanda-tanda basis pelanggan.
500 juta dan seterusnya: Memiliki tanda-tanda pertumbuhan pendapatan dan jalur profitabilitas yang jelas.
Nilai rentang akan bervariasi. Tergantung pada perusahaan dan investor. Tapi kemungkinan besar, startup yang memiliki tidak lebih dari sebuah business plan, akan mendapatkan penilaian terendah dari semua investor. Sedangkan bagi bisnis yang berhasil memenuhi tingkat perkembangan tertentu, investor akan bersedia untuk menetapkan nilai yang lebih tinggi.
Menilai sebuah startup lebih merupakan seni daripada ilmu. Ungkapan ini boleh dibilang cukup akurat. Namun, keempat pendekatan di atas setidaknya akan membuat seni menjadi sedikit lebih ilmiah. Nah Sobat Studentpreneur, apakah bisnis Anda termasuk di tahap startup? Berapa nilainya? Jika sudah jelas, sekarang Anda bisa mengajukannya ke dalam proposal modal kepada para venture capital. Semoga berhasil.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar