Bukan hanya masker yang harganya melambung tinggi, sekarang termometer juga mulai meroket terutama Thermogun. Sejak virus corona mewabah di China, kemudian menyebar ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, harga masker mengalami kenaikan yang signifikan.
Kini, termometer juga ikut-ikutan diburu masyarakat dan harganya mulai mengalami kenaikan. Di situs belanja online Shopee, misalnya, termometer infrared dibandrol dengan harga mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung jenis termometernya.
Orang-orang mulai memburu termometer infrared (Thermogun) untuk mengukur suhu tubuh. Ini tak lain karena salah satu gejala COVID-19 adalah demam, atau suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius.
Namun, tidak semua termometer yang dijual di situs belanja online bisa digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Karena ada juga termometer infrared yang digunakan untuk kebutuhan industri.
Perbedaan termometer industri dan klinik
Termometer infrared (Thermogun) adalah alat untuk mengukur suhu tanpa menyentuh objek atau benda yang akan diukur suhunya. Termometer jenis ini dibuat menggunakan teknologi energi infra merah yang mampu mendeteksi temperatur secara optik selama objek diamati. Radiasi energi sinar inframerah yang dipancarkan objek akan diukur dan disajikan sebagai suhu.
Secara sederhana, termometer terbagi menjadi dua, yakni termometer industri dan termometer klinik.
Termometer industri biasanya digunakan untuk mengukur suhu benda atau alat-alat manufaktur, seperti panas air, mesin, AC atau pendingin ruangan, kolam renang, trafo, dan lain-lain. Tujuannya untuk memonitor suhu material cair guna menjaga kualitas pada proses manufaktur.
Sedangkan termometer klinik digunakan untuk keperluan medis, salah satunya mengukur suhu tubuh makhluk hidup atau pasien yang sedang menjalani perawatan.
Kendati prinsipnya sama-sama mengukur suhu, ada perbedaan yang cukup signifikan, terutama dalam range termometer dan tingkat keakuratannya.
Tingkat akurasi termometer industri berkisar 1,5 derajat Celcius. Sedangkan akurasi termometer klinik punya tingkat yang lebih tinggi, hingga 0,2 derajat Celcius.
Selain itu, range suhu antara termometer industri dan klinik juga berbeda. Jika termometer klinik bisa membaca suhu antara 32 hingga 42 derajat Celcius, termometer industri membaca suhu mulai dari -50 derajat Celcius hingga 380 derajat Celcius.
Hal inilah yang membuat termometer industri kurang akurat, jika dipakai untuk mengukur suhu tubuh saat virus corona tengah merebak. Sebab, termometer klinik memiliki range yang lebih kecil, di mana hal ini bisa lebih menjamin tingkat keakuratannya.
“Termometer klinik itu jangkauan pengukuran untuk mengukur suhu tubuh sekitar 32-42,5 derajat Celcius, karena suhu normal dewasa kan 36,1 - 37,2 derajat Celcius. Kalau pakai yang akurasinya rendah (termometer industri) nanti salah, orang sehat dikira demam”
Termometer industri biasanya punya range pengukuran suhu yang lebih tinggi ketimbang termometer klinik. Dalam kemasan juga dicantumkan tingkat akurasi termometer. Begitupun dengan jarak pengukuran yang bisa dijangkau termometer.
“Konsumen harus teliti karena bisa dilihat dari kemasan, buku petunjuk penggunaan, dan data spesifikasinya atau jangkauan pengukuran,”
Lalu bagaimana cara membedakan termometer klinik dan industri?
Setiap kemasan termometer biasanya menyertakan keterangan. Konsumen bisa membaca keterangan terlebih dahulu sebelum membeli produk termometer.Termometer industri biasanya punya range pengukuran suhu yang lebih tinggi ketimbang termometer klinik. Dalam kemasan juga dicantumkan tingkat akurasi termometer. Begitupun dengan jarak pengukuran yang bisa dijangkau termometer.
“Konsumen harus teliti karena bisa dilihat dari kemasan, buku petunjuk penggunaan, dan data spesifikasinya atau jangkauan pengukuran,”